BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran membutuhkan
konsentrasi belajar. Tanpa konsentrasi belajar, maka peristiwa belajar itu
sesungguhnya tidak ada atau tidak berlangsung. Permasalahan yang ada pada
pelajar indonesia adalah mereka sering kurang mampu berkonsentrasi atas apa
yang dipelajarinya. Entah memikirkan pekerjaan rumah, orang lain, atau sesuatu
yang akan dikerjakan. Konsentrasi merupakan salah satu hal yang dibutuhkan
dalam diri setiap manusia yang berfungsi untuk pengambilan pelajaran maupun
keputusan. Akibat dari ketidak konsentrasian siswa, maka hasil belajar pun
tentu sangat rendah atau tidak optimal. Berdasarkan penelaahan para ahli
pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan prestasi belajar seseorang,
sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan orang tersebut untuk dapat
melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu kegiatan
belajar atau optimalnya hasil belajar seseorang sangat bergantung pada
intensitas kemampuan konsentrasi belajar dirinya. Jika seseorang selalu
mengalami kesulitan konsentrasi belajar ketika belajar, bagaimana mau berharap
menjadi siswa yang berprestasi. (Ilyana, 2013)
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Imam Bukhori dan Nur Anita (2009), dengan judul
pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sejumlah 36 siswa SMK Negeri 1 Turen, 48,00 persen menyatakan lingkungan sekolah cukup baik dengan
cukup tingginya motivasi belajar siswa yakni 42,67 persen. Hasil penelitian
membuktikan adanya pengaruh baik tidaknya dari lingkungan sekolah terhadap
motivasi belajar siswa.
Menurut penelitian yang
dilakukan Dewi Ratna Sulistina 2009 wawancara terhadap 30 orang remaja putri di
kawasan kelurahan Rawa mekar Jaya RT 01/02 kecamatan Serpong, sebanyak 80% atau
sebanyak 24 remaja putri berpendapat negative terhadap menstruasi dan tidak mampu
mengendalikan emosi saat menstruasi, menurutnya menstruasi itu suatu hal yang
sangat ”merepotkan” dan ”mengganggu”, sebanyak 20% atau 6 orang diantaranya
berpendapat bahwa menstruasi itu hal yang alami dan pasti akan terjadi pada
wanita yang sudah remaja. 15 (15%) orang remaja putri diantaranya menyatakan
tidak tahu tentang menstruasi. Tetapi
di SMA Negeri 1 Runjung Agung
Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan belum pernah diteliti mengenai menstruasi dengan proses
belajar. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Menstruasi Dengan
Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015.
1.2 Rumusan
Masalah
Secara
teori ada hubungan
antara menstruasi dengan proses belajar remaja putri, yang menunjukkan bahwa pada saat remaja menstruasi cenderung
mengalami gangguan dalam proses belajar. Tetapi di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan
Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan belum pernah dilakukan penelitian tentang Hubungan Menstruasi Dengan
Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015.
1.3 Pertanyaan
Penelitian
Apakah
ada Hubungan Menstrusi Dengan Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA
Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui Hubungan Menstrusi Dengan Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di
SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
1.4.2 Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui hubungan antara
konsentrasi dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung
Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten
OKU Selatan Tahun 2015
2.
Untuk mengetahui hubungan antara sikap
dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung
Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU
Selatan Tahun 2015
3.
Untuk mengetahui hubungan antara emosi
dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung
Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU
Selatan Tahun 2015
4.
Untuk mengetahui hubungan antara rasa percayaan
diri dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung
Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU
Selatan Tahun 2015
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.2
Bagi Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah
Palembang.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi mengenai Menstruasi dengan Proses Belajar Remaja.
1.5.3
Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan
bagi peneliti mengenai Hubungan Menstrusi Dengan
Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
1.5.4 Bagi Sokolah
Sebagai informasi tentang Menstruasi
yang memepengaruhi Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI
Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun
2015
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Menstruasi
2.1.1 Pengertian
Pengertian menstruasi
menurut para ahli - Banyak sekali para ahli yang mengemukakan
tentang apa pengertian menstruasi itu. Yang pertama adalah (Prawihardjo.2008),
beliau menjelaskan menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan
yaitu proses deskuamasi atau proses meluruhnya dinding rahim bagian dalam yang
keluar melalui vagina.menjelaskan lebih lanjut, siklus menstruasi yang dialami berkisar
21 sampai 35 hari. Ada juga yang memiliki siklus 28 hari dan 35 hari, tapi
hanya sekitar 10 sampai 15 persen saja. Lamanya mengeluarkan darah umumnya juga
berbeda-beda, ada yang 3 sampai 5 hari, 7 sampai 8 hari, bahkan ada yang hanya
1 sampai 2 hari saja.
Pengertian
menstruasi versi Sarwono Menstruasi adalah pendarahan secara periodik dan
siklik dari uterus disertai pelepasan dari endomentrium. Penjelasan tersebut
tidak jauh berbeda dengan Prawihardjo.
Secara garis besar para ahli
menstruasi mempunyai pendapat yang sama yaitu keluarnya darah melalui saluran
kewanitaan yang membentuk siklus bulanan. Dilihat dari segi psikologis
menstruasi adalah proses seorang wanita dari masa kanak-kanak menuju wanita
dewasa yang siap memberikan keturunan.
Menstruasi dianggap normal jika
terjadi dengan intelval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada
permulaan periode menstruasi berikutnya). Sedangkan menurut Rabe (2003)
menyatakan bahwa menstruasi dianggap normal jika darah yang keluar 2-5 tampon
atau pembalut perhari. Lama menstruasi dianggap normal menurut Ganong (2003)
biasanya adalah 3-5 hari, tetapi pada wanita normal pengeluaran darah dapat
sesingkat 1 hari atau selama 8 hari. Jumlah darah yang keluar secara normal
dapat berkisar dari hanya bercak-bercak sampai 80 ml, jumlah rata-rata yang
keluar adalah 30 ml. Pengeluaran lebih dari 80 ml adalah abnormal Siklus
menstruasi yang normal adalah 21-35 hari,
siklus menstruasi yang ideal adalah 28 hari, masa pendarahan yang normal adalah 5-7 hari.
siklus menstruasi yang ideal adalah 28 hari, masa pendarahan yang normal adalah 5-7 hari.
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi
mestruasi
Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi menstruasi:
a.
Ketidak seimbangan Hormon
Menstruasi
iregular dapat disebabkan terlalu banyak atau sedikit hormon, yang dapat
disebabkan oleh masalah tiroid, sindrom polikistik ovarium, obat-obatan,
perimenopause, sakit, gaya hidup, olah raga berlebihan, dan stres.
b.
Stres
Beban pikiran
sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh, termasuk periode menstruasi. Kondisi
pikiran yang tidak stabil dapat menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan
kortisol, yaitu hormon yang menyebabakan stres sehingga menghambat terjadinya
ovulasi atau menstruasi.
c.
Penyakit
Siklus
menstruasi yang tidak teratur dalam waktu lama merupakan tanda-tanda adanya
penyakit pada saluran reproduksi. Misalnya, fibroid, kista, endometriosis,
polip, sindrom polikistik ovarium, infeksi pada saluran reproduksi maupun
kelainan genetik.
d.
Perubahan rutinitas
Perubahan
rutinitas dalam hidup dapat berpengaruh pada kondisi fisik. Misalnya, mereka
yang harus berganti jam kerja dari pagi menjadi malam. Hal ini biasa terjadi
hingga tubuh menyesuaikan dengan pola atau rutinitas baru.
e.
Gaya hidup dan berat badan
Pilihan gaya
hidup termasuk pola makan, mengkonsumsi alkohol, atau pemakai narkoba
mempengaruhi metabolisme progesteron dan estrogen. Terlalu banyak mengkonsumsi
kafein dan rokok serta kelebihan dan kekurangan berat badan juga berpengaruh
pada kadar hormonal di tubuh. Pada kasus tertentu bahkan dapat menghentikan
menstruasi (amenorrhea) karena hipotalamus tidak dapat melepaskan GnRH. Masalah
ini biasa terjadi pada wanita yang sangat sibuk dan atlet (Wolfenden, 2010).
2.2
Remaja
2.2.1 Pengertian
Masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan
masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas
digunakan jiga istilah adolesens (dalam bahasa Inggris adolescence). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan
untuk menyatakan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan
cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.
Sedangkan intilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau
kematangan yang menyertai masa pubertas. (Tarwoto, at al, 2012)
Dalam
GBHN yang dikutip Andi Mapiare , perkembangan generasi muda diarahkan untuk
mmpesiapkan kader penerus perjuanagn bangsa dan pembangunan nasional dengan
memberikan bekal kertampilan kepemimpinan, kesegaran jasmani dan kreasi,
patriotism, idealisme, kepribadian dan budi pekerti yang luhur. Masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini dan
Sundari, 2004).
Masa
puber adalah masa terjadinya perubahan tertentu yang tidak terjadi pada periode
lainnya. 15 Masa remaja adalah masa dalam kehidupan yang secara gizi kritis.
Peningkatan pertumbuhan yang cepat ( growth spurt), baik tinggi maupan berat
badannya. Masa kehidupan wanita terdiri dari masa bayi, masa kanak-kanak,
remaja, dewasa (reproduksi), klimakterium dan masa menopause (Paath, 2004).
2.2.2 ciri-ciri masa remaja
Yaitu
masa remaja sebagai periode penting, sebagai masa peralihan,sebagai periode
perubahan, sebagai usia bermasalah , sebagai masa mencari identitas, sebagai
usia yang menimbulkan ketakutan, sebagai masayang tidak realistis, dan sebagai
masa ambang masa dewasa.
2.2.3 Batas usia remaja
WHO
membagi usia remaja dalam 2 bagian yaitu remaja awal (usia10-14 tahun) dan remaja
akhir (usia 15-20 tahun). Tahapan perkembangan remaja yaitu praremaja (usia
9-11 tahun), remaja awal (usia 11-13 tahun), remaja menengah (usia 14-16 tahun)
dan remaja akhir (usia 17-20tahun). Soetjoningsih (2004)
2.3 Konsentrasi Belajar
2.3.1 Pengertian Konsentrasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
konsentrasi merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal. Dalam
psikologi umum dalam Nugraha (2008), Konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk
memusatkan pikiran terhadap aktivitas belajar. Menurut Hendra Surya (2009)
Konsentrasi belajar itu maksudnya adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan
pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal
yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari.
Pengertian
konsentrasi menurut Sumartno (2004) dalam Rachman (2010) yakni: Konsentrasi
belajar siswa merupakan suatu perilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat
memperhatikan dengan baik dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat
memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan.
2.3.2 Penyebab-penyebab
timbulnya kesulitan konsentrasi belajar
1.
Lemahnya
minat dan motivasi pada pelajaran
Motivasi kuat yang timbul dalam diri
seorang siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. Ada siswa yang akan
dapat berprestasi bila diberikan sebuah rangsangan.
2.
Timbulnya
perasaan negatif, seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci, dan
dendam. Perasaan ini ditimbulkan oleh adanya konflik dengan pihak laina atau
rasa khawatir karena suatu hal, sehingga menyita sebagian besar perhatian
siswa.
3.
Suasana
lingkungan belajar yang berisik dan berantakan
Suara hiruk pikuk kendaraan, suara
orang yang sedang bertengkar dan lain-lain dapat mempengaruhi perhatian dan
kemampuan seseorang untuk konsentrasi belajar.
4.
Gangguan
kesehatan jasmani
Bila siswa terlihat ogah-ogahan pada
materi pelajaran yang sedang didalaminya, hendaknya jangan tergesa-gesa untuk
menghakimi bahwa ia malas belajar. Mungkin saja kondisi kesehatannya saat itu
sedang ada masalah.
2.3.3 Cara
Mengatasi Gangguan konsentrasi Belajar
Untuk mengembangkan kemampuan
konsentrasi belajar, maka dibutuhkan antara lain:
1.
Kesiapan
belajar (ready learning)
Sebelum melakukan aktivitas belajar,
anak harus dalam kondisi fresh untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas
belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis.
2.
Lingkungan
belajar harus kondusif
Belajar membutuhkan lingkungan yang
kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal.
3.
Menanamkan
minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “imajinasi berpikir” dan
“aktif bertanya”
Untuk membangkitkan minat dan motivasi
belajar, maka perlu diketahui apa yang dipelajari, untuk apa mempelajari, apa
hubungan materi pelajaran tersebut dengan kehidupan sehari-hari, dan bagaimana
cara mempelajarinya. Dengan mengetahui keempat hal tersebut, siswa akan
terangsang belajar secara terarah atau lebih terfokus pada materi pelajaran.
4.
Cara
belajar yang baik
Untuk memudahkan konsentrasi belajar,
dibutuhkan panduan untuk pengaktifan cara berpikir, penyeleksian fokus masalah,
dan pengarahan rasa ingin tahu.
5.
Belajar
aktif
Dengan mengembangkan pola belajar aktif
siswa, maka konsentrasi belajar akan tumbuh di dalam proses pembelajaran.
Gambar
2.3 Remaja konsentrasi dalam proses belajar(http://www.rpp-silabus.com/2014/11)
2.4
Sikap
2.4.1 Pengertian
Sikap
Berkowitz (1972) mengemukankan bahwa sikap sebagai
perasaan mendukung atau memihak (favorable)
atau yang mendukung (unfavorable)
terhadap suatu objek. (Saputra, 2012)
Membina sikap dan prilaku positif siswa merupakan
salah satu prioritas dalam pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, saat siswa
melakukan kegiatan pembelajaran, maka aktivitas pembelajaran merupakn waktu
yang tepat untuk membentuk sikaf positif yang kuat, tidak hanya sikap siswa
terhadap pembelajaran, melainkan juga dalam lingkungan sosialnya. Terlepas dari
mata pelajaran yang diampunya, guru mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk
mendidik siswa menjadi pribadi yang berprilaku positif, sopan, peka terhadap
orang lain, dan menghargai usaha mereka.
2.4.2
Kategori Aspek Sikap
Aspek sikap meliputu tiga kategori yaitu afektif,
kognitif, dan konatif (perilaku). Aspek afektif menunjukkan perasaan yang
dimiliki seseorang atau penilaiannya terhadap objek tertentu. Aspek kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan siswa mengenai objek tertentu yang
dipelajari. Sedangkan aspek konatif menunjukkan kecenderungan untuk berprilaku
menurut cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran dan keberadaan suatu
objek sikap. Penilaian pada objek sikap dalam proses pembelajaran siswa di
kelas meliputi:
1.
Sikap terhadap materi
pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap
positif terhadap mata pelajaran. Dengan adanya sikap positif, dalam diri siswa
akan tumbuh dan berkembang minat belajar, siswa akan lebih mudah diberi motovasi,
dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2.
Sikap terhadap guru.
Siswa yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru cenderung mengabaikan
materi/bahan pembelajaran. Jadi, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap
guru tertentu saja sulit menyerap materi/bahan pembelajaran yang diajarkan.
3.
Proses pembelajaran.
Prose pembelajaran mencakup suasana atau kondisi pembelajaran, strategi,
metodologi, dak teknik pembelajaran yang digunakan guru. Proses pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan tentu saja membangkitkan motivasi belajar siswa,
sehingga siswa pun dapat mencapai hasil yang optimal.
4.
Nilai (norma). Setiap
mata pelajaran mengandung nilai-nilai dalam kehidupan dari berbagai aspek.
Misalnya, masalah lingkungan hidup (pelajaran biologi dasn geografi).
2.4.3 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Sikap Remaja
a.
Pengalaman Pribadi
Untuk
dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
b.
Pengaruh orang lain
yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c.
Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
d.
Lembaga Pendidikan
dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap
e.
Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego.
2.5 Emosi
2.5.1
Pengertian Emosis
Menurut
Agoes Dariyo (2007: 180) emosi merupakan bagian dari aspek afektif yang
memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan perilaku seseorang yang
bersifat fluktuatif dan dinamis.
Sementara itu, Daniel Goleman dalam Ali
dan Asrori (2010: 63), mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan
pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
2.5.2 Bentuk-Bentuk
dan Ciri-Ciri Emosi
Berbicara tentang
emosi, ada beberapa emosi yang begitu kompleks yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan
oleh Daniel Goleman , yaitu sebagai berikut:
1.
Amarah, di dalamnya meliputi brutal,
mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan dan
kebencian patologis.
2.
Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih,
sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa
dan depresi.
3.
Rasa takut, di dalamnya meliputi
cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada ,
tidak tenang, ngeri, kecut, panik dan fobia.
4.
Kenikmatan, di dalamnya meliputi
bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan
indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan
mania.
5.
Cinta, di dalamnya meliputi
penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
kasmaran dan kasih sayang.
6.
Jengkel, di dalamnya meliputi hina,
jijik, muak, mual, benci, tidak suka dan mau muntah.
7.
Malu, meliputi rasa bersalah, malu
hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
2.5.3
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
a. Perubahan jasmani
Perubahan jasmani yang
ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh
memiliki pengaruh besah terhadap perkembangan emosi remaja. Pada tarap
permulaan, pertumbuhan ini hanya terbatas pada begian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini
sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja.
b. Perubahan Pola Interaksi dengan Oramg Tua
Pola interaksi orangtua
dengan anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola interaksinya
menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang
bersifat mamaksakan kehendak, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang
dangan penuh cinta kasih. Perbedaan pola intereksi orang tua seperti ini sangat
berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.
c.
Perubahan
Interaksi Dengan Teman-teman
Remaja seringkali
membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul
untuk melakukan aktivitas bersama dan membentuk semacam “gang’’. Interaksi
antar anggota dalam suatu kelompok “gang’’ biasanya sangat intens serta
memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.
Pembantukan kelompok dalam
bentuk gang seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja
karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
Usahakan dapat menghindarkan pembentukan kelompok gang itu ketika sudah
memasuki masa remaja tengah atau remaja akhir karena masa ini para anggotanya
biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas, melakukan perbuatan
yang tidak baik, atau bahkan kejahatan bersama.
d.
Perubahan
Pandangan Luar
Faktor penting yang
dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja selain perubahan-perubahan yang
terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dunia luar dirinya.
e. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Perkembangan emosional individu sebenarnya merupakan perkembangan yang
paling sulit untuk diklasifikasikan. Ini tampak pada gejala kehidupan
sehari-sehari bahwa tidak jarang orang dewasa pun mengalami kesulitan untuk
menyatakan perasaan. Fenomena semacam ini menyebabkan sulitnya untuk mencari
perbedaan individual dalam perkembangan emosi. Lagi pula, munculnya emosi
seseorang sangat tergantung atau dipengaruhi lingkungan, pengalaman, kebudayaan
dan lain sebagainya, sehingga untuk mengukur emosi amat sulit pula.
Gambar 2.5 Remaja emosi dalam proses belajar(http://hipnoterapijakartabekasi.com/mengatasi-marah-berlebihan)
2.6
Percaya Diri
2.6.1
Pengertian Percaya Diri
Menurut Lauster (2012:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan
atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu
cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung
jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki
dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Menurut Jacinta. F. Rini dari team e-psikologi, pengertian kepercayaan diri
adalah “Sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang
dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten
melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang
tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu
tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa
dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta
harapan yang realistik terhadap diri sendiri.”
2.6.2 Ciri-ciri individu yang
tidak memiliki kepercayaan diri
a.
Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat
kesulitan tertentu
b.
Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental,
fisik sosial, atau ekonomi
c.
Sulit menetralisasi ketegangan di dalam suatu situasi
d.
Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih
dari dirinya
e.
Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi
masalah
2.6.3
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepercayaan Diri
a. Lingkungan keluarga
Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri
pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku
sehari-hari.
b. Pendidikan Formal
Sekolah bisa
dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan lingkungan
yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga dirumah. Sekolah
memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap
teman-teman sebayanya.
c. Pendidikan non formal
Salah satu modal
utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya
diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan
orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki
suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau
keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui pendidikan non
formal. Secara formal dapat digambarkan
bahwa rasa percaya diri merupakan gabungan dari pandangan positif diri sendiri
dan rasa aman
Gambar 2.6 Remaja percaya diri(http://mhamidmsi.blogspot.com/2010/05/siswa-kelas-xi)
2.7 Kerangka
Konsep
Varibel Independen Varibel Dependen
Menstruasi
|
konsentrasi
|
Minat
|
Sikap
|
Emosi
|
Percaya Diri
|
2.8
Hipotesis
Ho:
Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Konsentrasi dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI
di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ha:
Ada Hubungan
yang signifikan antara Konsentrasi
dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung
Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten
OKU Selatan Tahun 2015
Ho:
Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Proses
Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ha:
Ada Hubungan
yang signifikan Sikap dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri
1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung
Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ho
:Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Emosi dengan Proses
Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ha:
Ada Hubungan
yang signifikan antara Emosi dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA
Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung
Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ho
:Tidak ada Hubungan yang signifikan antara antara Percaya Diri
dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan
Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan
Tahun 2015
Ha:
Ada Hubungan
yang signifikan antara Percaya Diri dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI
di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian akademik dengan menggunakan metode kuisioner. Serta pendekatan yang
dilakukan secara cross sectional study
sehingga bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, factual dan
akurat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci dengan
menggunakan uji Chi-Square.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh
objek penelitian atau objek yang diteliti. (Notoatmodjo, 2010)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja
putri kelas
XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi
yang nilai atau karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya dipakai untuk
menduga karakteristik dari populasi (Notoadmodjo, 2010).
Rumus :
Keterangan
: n = Sampel
N = Populasi
d = derajat kepercayaan yang di kehendaki
(10%) atau α = 0,1
3.2.3
Tehnik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini dalah
menggunakan teknik stratified random
sampling yaitu dengan cara mengidentifikasi
karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata
atau lapisan dari unit-unit tersebut.
Sampel penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang menstruasi kelas
XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.2.4
Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian
dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2002) yaitu :
1.
Kriteria Inklusi
· Remaja putri kelas XI di SMA Negeri
1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung
Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
· Remaja
putri yang sedang menstruasi
· Remaja yang bersedia menjadi responden
2.
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria
dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah
:
·
Remaja
putri yang bukan kelas XI di
SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung
·
Remaja yang
tidak menstruasi
3.3
Tehnik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data
3.3.1
Tehnik pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian
ini adalah menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh
dengan menggunakan wawancara, observasi, dan kuisioner secara langsung. Dalam
penelitian ini pengumpulan data melalui kuisioner berisi pertanyaan yang
diberikan secara langsung kepada siswa untuk dijawabnya yang bertujuan
untuk mengkaji hubungan Menstruasi dengan Proses Belajar Remaja Putri kelas
XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015.
3.3.2
Instrumen pengumpulan data
Adapun instrument yang digunakan oleh
peneliti pada saat melakukan penelitian agar mendapat data yang relevan dengan
menggunakan kuesioner.
3.3.3
Datang
ke SMA NEGERI 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan
|
Di
izinkan
|
TU
|
Kepala
sekolah
|
Tidak
di izinkan
|
Di
izinkan
|
Datang
ke SMA SIMPANG HAJI Kabupaten OKU Selatan
|
Melakukan pemisahkan
|
Siswa
|
Membagikan
kuesioner
|
Siswi
|
Menjelaskan
cara pengisian kuesioner
|
Melakukan
penilaian
|
Memindahkan
hasil penilaian ke lembar chek list
|
Memasukan
data yang sudah keprogram
SPSS for windows
|
Mengumpulkan
kembali kuesioner
|
3.4
Tempat dan Waktu
3.4.1
Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.4.2
Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2015.
3.5
Pengolahan Data
1. Editing
Editing
dalam penelitian ini adalah memeriksa daftar
pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data dengan tujuan untuk
mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.
2.
Coding
Coding adalah
pemberian atau pembuatan kode-kode terhadap data yang terkumpul dengan
menggunakan huruf atau angka yang lebih mudah atau sederhana.
Ø Variabel
Independen :
Mestruasi
Kode: 1=Ya, jika menstruasi
2=Tidak, jika tidak menstruasi
Ø Variabel
Dependen
a. Konsentrasi
Kode: 1=Baik, jika berkonsentrasi
2=Tidak baik, jika tidak
berkonsentrasi
b. Sikap
Kode: 1=baik jika sikap berkembang kearah yang baik
2=tidak baik jika sikap berkembang
kearah yang tidak baik
c. Emosi
Kode: 1=Baik,
jika tidak emosi
2=Tidak baik, jika emosi
d. Percaya Diri
Kode: 1= Baik,
jika ada rasa percaya diri
2= Tidak baik, jika tidak ada rasa percaya diri
3.
Entry
Entry dalam penelitian ini adalah memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master table atau data base computer menggunakan
bantuan program SPSS for windows. Data yang dimasukkan adalah variabel Independent
Psikologi (Kecerdasan, Motivasi, Minat, Sikap, Bakat) dan variabel Dependent (Prestasi
Belajar).
4.
Cleaning (Pembersian data)
Merupakan
kegiatan pencetakan kembali data yang sudah di-entry yaitu mengenai data-data
seluruh siswa-siswi yang mengalami perkembangan terhadap, kecerdasan/intelegensi,
motivasi, minat, sikap, dan bakat. Data tersebut di lihat
kembali apakah ada kesalahan atau tidak, atau membersihkan data yang telah
dimasukkan untuk mengetahui apakah benar-benar bebas dari kesalahan.
3.6 Penyajian dan
Analisa Data
3.6.1 Analisa Univariat
Univariat
analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain
terkumpul ( Sugiono 2006). Pada analisa univariat data akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan prosentase.
3.6.2 Analisa
Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui
interaksi dua variable, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelasi
(Setiawan, Ari : 2011).
Analisa
yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen Menstruasi
dependent adalah Psoses Belajar(konsentrasi, minat, sikap, emosi, percaya diri).
Dimana dilakukan uji hubungan pada kedua variabel dengan uji chi-square, dengan tingkat kemaknaan
pada alpha = 5% (α = 0,05).
Keputusan
dari hasil statistik diperoleh dengan cara membandingkan nilai p-value dengan
nilai α. Kriterianya sebagai berikut :
1.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara konsentrasi dengan proses belajar
remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
2.
Jika
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna/signifikan antara konsentrasi dengan proses
belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara sikap dengan proses belajar remaja
putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
4.
Jika
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna/signifikan antara sikap dengan proses
belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
5.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara emosi dengan proses belajar remaja
putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
6.
Jika
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna/signifikan antara emosi dengan proses
belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
7.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara percaya diri dengan proses belajar
remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
8.
Jika
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna/signifikan antara percaya diri dengan proses
belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung
Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar