Selasa, 13 Januari 2015

Menstruasi Dengan Proses Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran membutuhkan konsentrasi belajar. Tanpa konsentrasi belajar, maka peristiwa belajar itu sesungguhnya tidak ada atau tidak berlangsung. Permasalahan yang ada pada pelajar indonesia adalah mereka sering kurang mampu berkonsentrasi atas apa yang dipelajarinya. Entah memikirkan pekerjaan rumah, orang lain, atau sesuatu yang akan dikerjakan. Konsentrasi merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam diri setiap manusia yang berfungsi untuk pengambilan pelajaran maupun keputusan. Akibat dari ketidak konsentrasian siswa, maka hasil belajar pun tentu sangat rendah atau tidak optimal. Berdasarkan penelaahan para ahli pendidikan, penyebab rendahnya kualitas dan prestasi belajar seseorang, sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan orang tersebut untuk dapat melakukan konsentrasi belajar. Padahal, bermutu atau tidaknya suatu kegiatan belajar atau optimalnya hasil belajar seseorang sangat bergantung pada intensitas kemampuan konsentrasi belajar dirinya. Jika seseorang selalu mengalami kesulitan konsentrasi belajar ketika belajar, bagaimana mau berharap menjadi siswa yang berprestasi. (Ilyana, 2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imam Bukhori dan Nur Anita (2009), dengan judul pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 36 siswa SMK Negeri 1 Turen, 48,00 persen  menyatakan lingkungan sekolah cukup baik dengan cukup tingginya motivasi belajar siswa yakni 42,67 persen. Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh baik tidaknya dari lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa.
Menurut penelitian yang dilakukan Dewi Ratna Sulistina 2009 wawancara terhadap 30 orang remaja putri di kawasan kelurahan Rawa mekar Jaya RT 01/02 kecamatan Serpong, sebanyak 80% atau sebanyak 24 remaja putri berpendapat negative terhadap menstruasi dan tidak mampu mengendalikan emosi saat menstruasi, menurutnya menstruasi itu suatu hal yang sangat ”merepotkan” dan ”mengganggu”, sebanyak 20% atau 6 orang diantaranya berpendapat bahwa menstruasi itu hal yang alami dan pasti akan terjadi pada wanita yang sudah remaja. 15 (15%) orang remaja putri diantaranya menyatakan tidak tahu tentang menstruasi. Tetapi di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan belum pernah diteliti mengenai menstruasi dengan proses belajar. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Menstruasi Dengan Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015.

1.2     Rumusan Masalah
Secara teori ada hubungan antara menstruasi dengan proses belajar remaja putri, yang menunjukkan bahwa pada saat remaja menstruasi cenderung mengalami gangguan dalam proses belajar. Tetapi di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan belum pernah dilakukan penelitian tentang Hubungan Menstruasi Dengan Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015.
1.3     Pertanyaan Penelitian
Apakah ada Hubungan Menstrusi Dengan Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015

1.4     Tujuan Penelitian
1.4.1     Tujuan Umum
        Untuk mengetahui Hubungan Menstrusi Dengan Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
1.4.2     Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
2.    Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.    Untuk mengetahui hubungan antara emosi dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
4.    Untuk mengetahui hubungan antara rasa percayaan diri dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015

1.5     Manfaat Penelitian
1.5.2     Bagi Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai Menstruasi dengan Proses Belajar Remaja.
1.5.3     Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan bagi peneliti mengenai Hubungan Menstrusi Dengan Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
1.5.4     Bagi Sokolah
Sebagai informasi tentang Menstruasi yang memepengaruhi Proses Belajar Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kec. Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015









BAB  II
TINJAUAN TEORI

2.1     Menstruasi
2.1.1      Pengertian
Pengertian menstruasi menurut para ahli - Banyak sekali para ahli yang mengemukakan tentang apa pengertian menstruasi itu. Yang pertama adalah (Prawihardjo.2008), beliau menjelaskan menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau proses meluruhnya dinding rahim bagian dalam yang keluar melalui vagina.menjelaskan lebih lanjut, siklus menstruasi yang dialami berkisar 21 sampai 35 hari. Ada juga yang memiliki siklus 28 hari dan 35 hari, tapi hanya sekitar 10 sampai 15 persen saja. Lamanya mengeluarkan darah umumnya juga berbeda-beda, ada yang 3 sampai 5 hari, 7 sampai 8 hari, bahkan ada yang hanya 1 sampai 2 hari saja.
Pengertian menstruasi versi Sarwono Menstruasi adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan dari endomentrium. Penjelasan tersebut tidak jauh berbeda dengan Prawihardjo.
Secara garis besar para ahli menstruasi mempunyai pendapat yang sama yaitu keluarnya darah melalui saluran kewanitaan yang membentuk siklus bulanan. Dilihat dari segi psikologis menstruasi adalah proses seorang wanita dari masa kanak-kanak menuju wanita dewasa yang siap memberikan keturunan.
Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan intelval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya). Sedangkan menurut Rabe (2003) menyatakan bahwa menstruasi dianggap normal jika darah yang keluar 2-5 tampon atau pembalut perhari. Lama menstruasi dianggap normal menurut Ganong (2003) biasanya adalah 3-5 hari, tetapi pada wanita normal pengeluaran darah dapat sesingkat 1 hari atau selama 8 hari. Jumlah darah yang keluar secara normal dapat berkisar dari hanya bercak-bercak sampai 80 ml, jumlah rata-rata yang keluar adalah 30 ml. Pengeluaran lebih dari 80 ml adalah abnormal Siklus menstruasi yang normal adalah 21-35 hari,
siklus menstruasi yang ideal adalah 28 hari, masa pendarahan yang normal adalah 5-7 hari.
2.1.2     Faktor yang mempengaruhi mestruasi
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi:
a.       Ketidak seimbangan Hormon
Menstruasi iregular dapat disebabkan terlalu banyak atau sedikit hormon, yang dapat disebabkan oleh masalah tiroid, sindrom polikistik ovarium, obat-obatan, perimenopause, sakit, gaya hidup, olah raga berlebihan, dan stres.
b.       Stres
Beban pikiran sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh, termasuk periode menstruasi. Kondisi pikiran yang tidak stabil dapat menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan kortisol, yaitu hormon yang menyebabakan stres sehingga menghambat terjadinya ovulasi atau menstruasi.
c.       Penyakit
Siklus menstruasi yang tidak teratur dalam waktu lama merupakan tanda-tanda adanya penyakit pada saluran reproduksi. Misalnya, fibroid, kista, endometriosis, polip, sindrom polikistik ovarium, infeksi pada saluran reproduksi maupun kelainan genetik.
d.       Perubahan rutinitas
Perubahan rutinitas dalam hidup dapat berpengaruh pada kondisi fisik. Misalnya, mereka yang harus berganti jam kerja dari pagi menjadi malam. Hal ini biasa terjadi hingga tubuh menyesuaikan dengan pola atau rutinitas baru.
e.       Gaya hidup dan berat badan
Pilihan gaya hidup termasuk pola makan, mengkonsumsi alkohol, atau pemakai narkoba mempengaruhi metabolisme progesteron dan estrogen. Terlalu banyak mengkonsumsi kafein dan rokok serta kelebihan dan kekurangan berat badan juga berpengaruh pada kadar hormonal di tubuh. Pada kasus tertentu bahkan dapat menghentikan menstruasi (amenorrhea) karena hipotalamus tidak dapat melepaskan GnRH. Masalah ini biasa terjadi pada wanita yang sangat sibuk dan atlet (Wolfenden, 2010).
2.2     Remaja
2.2.1     Pengertian
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan jiga istilah adolesens (dalam bahasa Inggris adolescence). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan intilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas. (Tarwoto, at al, 2012)
Dalam GBHN yang dikutip Andi Mapiare , perkembangan generasi muda diarahkan untuk mmpesiapkan kader penerus perjuanagn bangsa dan pembangunan nasional dengan memberikan bekal kertampilan kepemimpinan, kesegaran jasmani dan kreasi, patriotism, idealisme, kepribadian dan budi pekerti yang luhur. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini dan Sundari, 2004).
Masa puber adalah masa terjadinya perubahan tertentu yang tidak terjadi pada periode lainnya. 15 Masa remaja adalah masa dalam kehidupan yang secara gizi kritis. Peningkatan pertumbuhan yang cepat ( growth spurt), baik tinggi maupan berat badannya. Masa kehidupan wanita terdiri dari masa bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa (reproduksi), klimakterium dan masa menopause (Paath, 2004).
2.2.2     ciri-ciri masa remaja
Yaitu masa remaja sebagai periode penting, sebagai masa peralihan,sebagai periode perubahan, sebagai usia bermasalah , sebagai masa mencari identitas, sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, sebagai masayang tidak realistis, dan sebagai masa ambang masa dewasa.
2.2.3     Batas usia remaja
WHO membagi usia remaja dalam 2 bagian yaitu remaja awal (usia10-14 tahun) dan remaja akhir (usia 15-20 tahun). Tahapan perkembangan remaja yaitu praremaja (usia 9-11 tahun), remaja awal (usia 11-13 tahun), remaja menengah (usia 14-16 tahun) dan remaja akhir (usia 17-20tahun). Soetjoningsih (2004)

2.3     Konsentrasi Belajar
2.3.1     Pengertian Konsentrasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konsentrasi merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal. Dalam psikologi umum dalam Nugraha (2008), Konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktivitas belajar. Menurut Hendra Surya (2009) Konsentrasi belajar itu maksudnya adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari.
Pengertian konsentrasi menurut Sumartno (2004) dalam Rachman (2010) yakni: Konsentrasi belajar siswa merupakan suatu perilaku dan fokus perhatian siswa untuk dapat memperhatikan dengan baik dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, serta dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan.

2.3.2     Penyebab-penyebab timbulnya kesulitan konsentrasi belajar
1.    Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran
Motivasi kuat yang timbul dalam diri seorang siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. Ada siswa yang akan dapat berprestasi bila diberikan sebuah rangsangan.
2.    Timbulnya perasaan negatif, seperti gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci, dan dendam. Perasaan ini ditimbulkan oleh adanya konflik dengan pihak laina atau rasa khawatir karena suatu hal, sehingga menyita sebagian besar perhatian siswa.
3.    Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan
Suara hiruk pikuk kendaraan, suara orang yang sedang bertengkar dan lain-lain dapat mempengaruhi perhatian dan kemampuan seseorang untuk konsentrasi belajar.
4.    Gangguan kesehatan jasmani
Bila siswa terlihat ogah-ogahan pada materi pelajaran yang sedang didalaminya, hendaknya jangan tergesa-gesa untuk menghakimi bahwa ia malas belajar. Mungkin saja kondisi kesehatannya saat itu sedang ada masalah.
2.3.3      Cara Mengatasi Gangguan konsentrasi Belajar
Untuk mengembangkan kemampuan konsentrasi belajar, maka dibutuhkan antara lain:
1.       Kesiapan belajar (ready learning)
Sebelum melakukan aktivitas belajar, anak harus dalam kondisi fresh untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kondisi fisik dan psikis.
2.       Lingkungan belajar harus kondusif
Belajar membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk memperoleh hasil belajar secara optimal. 
3.       Menanamkan minat dan motivasi belajar dengan cara mengembangkan “imajinasi berpikir” dan “aktif bertanya”
Untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar, maka perlu diketahui apa yang dipelajari, untuk apa mempelajari, apa hubungan materi pelajaran tersebut dengan kehidupan sehari-hari, dan bagaimana cara mempelajarinya. Dengan mengetahui keempat hal tersebut, siswa akan terangsang belajar secara terarah atau lebih terfokus pada materi pelajaran.
4.       Cara belajar yang baik
Untuk memudahkan konsentrasi belajar, dibutuhkan panduan untuk pengaktifan cara berpikir, penyeleksian fokus masalah, dan pengarahan rasa ingin tahu.
5.       Belajar aktif
Dengan mengembangkan pola belajar aktif siswa, maka konsentrasi belajar akan tumbuh di dalam proses pembelajaran.
Gambar 2.3 Remaja konsentrasi dalam proses belajar(http://www.rpp-silabus.com/2014/11)

2.4     Sikap
2.4.1     Pengertian Sikap
        Berkowitz (1972) mengemukankan bahwa sikap sebagai perasaan mendukung atau memihak (favorable) atau yang mendukung (unfavorable) terhadap suatu objek. (Saputra, 2012)
        Membina sikap dan prilaku positif siswa merupakan salah satu prioritas dalam pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran, maka aktivitas pembelajaran merupakn waktu yang tepat untuk membentuk sikaf positif yang kuat, tidak hanya sikap siswa terhadap pembelajaran, melainkan juga dalam lingkungan sosialnya. Terlepas dari mata pelajaran yang diampunya, guru mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mendidik siswa menjadi pribadi yang berprilaku positif, sopan, peka terhadap orang lain, dan menghargai usaha mereka. 
2.4.2     Kategori Aspek Sikap
        Aspek sikap meliputu tiga kategori yaitu afektif, kognitif, dan konatif (perilaku). Aspek afektif menunjukkan perasaan yang dimiliki seseorang atau penilaiannya terhadap objek tertentu. Aspek kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan siswa mengenai objek tertentu yang dipelajari. Sedangkan aspek konatif menunjukkan kecenderungan untuk berprilaku menurut cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran dan keberadaan suatu objek sikap. Penilaian pada objek sikap dalam proses pembelajaran siswa di kelas meliputi:
1.    Sikap terhadap materi pelajaran.  Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan adanya sikap positif, dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar, siswa akan lebih mudah diberi motovasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
2.    Sikap terhadap guru. Siswa yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru cenderung mengabaikan materi/bahan pembelajaran. Jadi, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru tertentu saja sulit menyerap materi/bahan pembelajaran yang diajarkan.
3.    Proses pembelajaran. Prose pembelajaran mencakup suasana atau kondisi pembelajaran, strategi, metodologi, dak teknik pembelajaran yang digunakan guru. Proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan tentu saja membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa pun dapat mencapai hasil yang optimal.
4.    Nilai (norma). Setiap mata pelajaran mengandung nilai-nilai dalam kehidupan dari berbagai aspek. Misalnya, masalah lingkungan hidup (pelajaran biologi dasn geografi).
2.4.3     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja
a.       Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b.    Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c.    Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
d.    Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap
e.    Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Gambar 2.4 Sikap remaja dalam proses belajar(http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/09/08)


2.5     Emosi
2.5.1     Pengertian Emosis
        Menurut Agoes Dariyo (2007: 180) emosi merupakan bagian dari aspek afektif yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan perilaku seseorang yang bersifat fluktuatif dan dinamis.
        Sementara itu, Daniel Goleman dalam Ali dan Asrori (2010: 63), mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
2.5.2      Bentuk-Bentuk dan Ciri-Ciri Emosi
Berbicara tentang emosi, ada beberapa emosi yang begitu kompleks yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan oleh Daniel Goleman , yaitu sebagai berikut:
1.    Amarah, di dalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu,  tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
2.    Kesedihan, di dalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.
3.    Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada , tidak tenang, ngeri, kecut, panik dan fobia.
4.    Kenikmatan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali dan mania.
5.    Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran dan kasih sayang.
6.    Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka dan mau muntah.
7.    Malu, meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
2.5.3     Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
a.       Perubahan jasmani
              Perubahan jasmani yang ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh memiliki pengaruh besah terhadap perkembangan emosi remaja. Pada tarap permulaan, pertumbuhan ini hanya terbatas pada begian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja.
b.      Perubahan Pola Interaksi dengan Oramg Tua
              Pola interaksi orangtua dengan anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola interaksinya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat mamaksakan kehendak, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dangan penuh cinta kasih. Perbedaan pola intereksi orang tua seperti ini sangat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.
c.       Perubahan Interaksi Dengan Teman-teman
              Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dan membentuk semacam “gang’’. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok “gang’’ biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.
              Pembantukan kelompok dalam bentuk gang seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama. Usahakan dapat menghindarkan pembentukan kelompok gang itu ketika sudah memasuki masa remaja tengah atau remaja akhir karena masa ini para anggotanya biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas, melakukan perbuatan yang tidak baik, atau bahkan kejahatan bersama.
d.       Perubahan Pandangan Luar
              Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja selain perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dunia luar dirinya.
e.       Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Perkembangan emosional individu sebenarnya merupakan perkembangan yang paling sulit untuk diklasifikasikan. Ini tampak pada gejala kehidupan sehari-sehari bahwa tidak jarang orang dewasa pun mengalami kesulitan untuk menyatakan perasaan. Fenomena semacam ini menyebabkan sulitnya untuk mencari perbedaan individual dalam perkembangan emosi. Lagi pula, munculnya emosi seseorang sangat tergantung atau dipengaruhi lingkungan, pengalaman, kebudayaan dan lain sebagainya, sehingga untuk mengukur emosi amat sulit pula.
Gambar 2.5 Remaja emosi dalam proses belajar(http://hipnoterapijakartabekasi.com/mengatasi-marah-berlebihan)

2.6     Percaya Diri
2.6.1     Pengertian Percaya Diri
Menurut Lauster (2012:4) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Menurut Jacinta. F. Rini dari team e-psikologi, pengertian kepercayaan diri adalah Sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun  terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.”
2.6.2     Ciri-ciri individu yang tidak memiliki kepercayaan diri
a.    Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu
b.    Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik sosial, atau ekonomi
c.    Sulit menetralisasi ketegangan di dalam suatu situasi
d.    Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya
e.    Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah
2.6.3     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
a.    Lingkungan keluarga
          Keadaan lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang ada pada dirinya dan diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.
b.    Pendidikan Formal
          Sekolah bisa dikatakan sebagai lingkungan kedua bagi anak, dimana sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan bagi anak setelah lingkungan keluarga dirumah. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya.
c.    Pendidikan non formal
          Salah satu modal utama untuk bisa menjadi seseorang dengan kepribadian yang penuh rasa percaya diri adalah memiliki kelebihan tertentu yang berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Rasa percaya diri akan menjadi lebih mantap jika seseorang memiliki suatu kelebihan yang membuat orang lain merasa kagum. Kemampuan atau keterampilan dalam bidang tertentu bisa didapatkan melalui pendidikan non formal.  Secara formal dapat digambarkan bahwa rasa percaya diri merupakan gabungan dari pandangan positif diri sendiri dan rasa aman
Gambar 2.6 Remaja percaya diri(http://mhamidmsi.blogspot.com/2010/05/siswa-kelas-xi)




2.7      Kerangka Konsep
Varibel Independen                                         Varibel Dependen
Menstruasi
konsentrasi
Minat
Sikap
Emosi
Percaya Diri
 









2.8     Hipotesis
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Konsentrasi  dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Konsentrasi  dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ho: Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ha: Ada Hubungan yang signifikan Sikap dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Emosi dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Emosi dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara antara Percaya Diri dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Percaya Diri dengan Proses Belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015


















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1     Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian akademik dengan menggunakan  metode kuisioner. Serta pendekatan yang dilakukan secara cross sectional study sehingga bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, factual dan akurat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci dengan menggunakan uji Chi-Square.
3.2     Populasi dan Sampel
3.2.1     Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh objek penelitian atau objek yang diteliti. (Notoatmodjo, 2010)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.2.2     Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Notoadmodjo, 2010).
Rumus                    :
                      Keterangan : n = Sampel
                                          N = Populasi
                                                d = derajat kepercayaan yang di kehendaki
                                                      (10%) atau α = 0,1
3.2.3     Tehnik Sampling
            Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini dalah menggunakan teknik stratified random sampling yaitu dengan cara mengidentifikasi  karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari unit-unit tersebut.
Sampel penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang menstruasi kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.2.4     Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi
            Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu :
1.    Kriteria Inklusi
·      Remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
·      Remaja putri yang sedang menstruasi
·      Remaja yang bersedia menjadi responden
2.    Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah :
·      Remaja putri yang bukan kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung 
·      Remaja yang tidak menstruasi

3.3     Tehnik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data
3.3.1     Tehnik pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan menggunakan wawancara, observasi, dan kuisioner secara langsung. Dalam penelitian ini pengumpulan data melalui kuisioner berisi pertanyaan yang diberikan secara langsung kepada siswa untuk dijawabnya yang bertujuan untuk mengkaji hubungan Menstruasi dengan Proses Belajar Remaja Putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015.
3.3.2     Instrumen pengumpulan data
Adapun instrument yang digunakan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian agar mendapat data yang relevan dengan menggunakan kuesioner.




3.3.3    
Datang ke SMA NEGERI 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan
Prosedur Penelitian


Di izinkan
TU
Kepala sekolah
Tidak di izinkan
Di izinkan
Datang ke SMA SIMPANG HAJI Kabupaten OKU Selatan
Melakukan pemisahkan
Siswa
Membagikan kuesioner
Siswi
 








Menjelaskan cara pengisian kuesioner
 


                                                        
Melakukan penilaian
Memindahkan hasil penilaian ke lembar chek list
Memasukan data yang sudah keprogram SPSS for windows
Mengumpulkan kembali kuesioner
 










3.4   Tempat dan Waktu
3.4.1     Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.4.2     Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2015.

3.5     Pengolahan Data
1.     Editing
Editing dalam penelitian ini adalah  memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.
2.     Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode terhadap data yang terkumpul dengan menggunakan huruf atau angka yang lebih mudah atau sederhana.
Ø Variabel Independen :
Mestruasi
Kode: 1=Ya, jika menstruasi
 2=Tidak, jika tidak menstruasi
Ø Variabel Dependen
a.    Konsentrasi
Kode: 1=Baik, jika berkonsentrasi
              2=Tidak baik, jika tidak berkonsentrasi
b.    Sikap
Kode: 1=baik jika sikap berkembang kearah yang baik
          2=tidak baik jika sikap berkembang kearah yang tidak baik
c.    Emosi
Kode: 1=Baik, jika tidak emosi     
           2=Tidak baik, jika emosi
d.    Percaya Diri
Kode: 1= Baik, jika ada rasa percaya diri
         2= Tidak baik, jika tidak ada rasa percaya diri
3.     Entry
            Entry dalam penelitian ini adalah memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau data base computer menggunakan bantuan program SPSS for windows. Data yang dimasukkan adalah variabel Independent Psikologi (Kecerdasan, Motivasi, Minat, Sikap, Bakat) dan variabel Dependent (Prestasi Belajar).
4.       Cleaning (Pembersian data)
            Merupakan kegiatan pencetakan kembali data yang sudah di-entry yaitu mengenai data-data seluruh siswa-siswi yang mengalami perkembangan terhadap, kecerdasan/intelegensi, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Data tersebut di lihat kembali apakah ada kesalahan atau tidak, atau membersihkan data yang telah dimasukkan untuk mengetahui apakah benar-benar bebas dari kesalahan.


3.6     Penyajian dan Analisa Data
3.6.1     Analisa Univariat
       Univariat analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber  data  lain  terkumpul ( Sugiono 2006). Pada analisa univariat data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan prosentase.
3.6.2     Analisa Bivariat
       Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua variable, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelasi (Setiawan, Ari : 2011).
       Analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen Menstruasi dependent adalah Psoses Belajar(konsentrasi, minat, sikap, emosi, percaya diri). Dimana dilakukan uji hubungan pada kedua variabel dengan uji chi-square, dengan tingkat kemaknaan pada alpha = 5% (α = 0,05).
       Keputusan dari hasil statistik diperoleh dengan cara membandingkan nilai p-value dengan nilai α. Kriterianya sebagai  berikut :
1.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara konsentrasi dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
2.    Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara konsentrasi dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
3.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara sikap dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
4.    Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara sikap dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
5.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara emosi dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
6.    Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara emosi dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
7.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara percaya diri dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015
8.    Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara percaya diri dengan proses belajar remaja putri kelas XI di SMA Negeri 1 Runjung Agung Kecamatan Runjung Agung  Kabupaten OKU Selatan Tahun 2015























Tidak ada komentar:

Posting Komentar