BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Imam Bukhori dan Nur Anita (2009), dengan judul
pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sejumlah 36 siswa SMK Negeri 1 Turen, 48,00 persen menyatakan lingkungan sekolah cukup baik dengan
cukup tingginya motivasi belajar siswa yakni 42,67 persen. Hasil penelitian
membuktikan adanya pengaruh baik tidaknya dari lingkungan sekolah terhadap
motivasi belajar siswa.
Tuntutan
orang tua atas prestasi belajar di MIMa’arif Mangunsari, Salatiga tahun 2012
dari perolehan jawaban angket untuk kategori baik adalah 42 anak (78%), kategori
tidak baik 12 anak (22%). Dan dari perhitungan rata-rata tuntutan orang tua
atas prestasi belajar termasuk kategori baik. Beban psikologis anak di MI
Ma’arif Mangunsari, Salatiga dari perolehan jawaban angket untuk kategori baik
adalah 30 anak (56%), dan kategori tidak baik adalah 24 anak (44%). Dari
perhitungan rata-rata beban psikologis anak termasuk kategori baik. Tuntutan
orang tua atas prestasi belajar terhadap beban psikologis anak di MI Ma’arif
Mangunsari, Salatiga terbukti setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik
korelasi product moment telah diperoleh dengan jumlah N=54 yang mendekati N=55
dan taraf kesalahan 1% yaitu 0,345, yang mana jika r hitung lebih besar dari r
tabel, maka Ha diterima, dengan demikian korelasi 0.366 itu signifikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tuntutan orang tua atas
prestasi belajar maka semakintinggi pula beban psikologis anak.
Psikologi
sebagai suatu ilmu, tidak lepas dari perkembangan psikologi itu sendiri, serta
ilmu-ilmu yang lain. Dari waktu kewaktu psikologi sebagai suatu ilmu mengalami
perkembangan, sesuai dengan perkembangan keadaan. Oleh karena itu psikologi
sebagai suatu ilmu mempunyai sejarah tersendiri, sehingga merupakan psikologi
dalam bentukyang sekarang ini. Dari pemikiran para ahli yang mungkin saling
mempunyai pandangan yang berbeda akan mamacu perkembangan psikologi. (Drs. H.
Abu Ahmadi, 2009)
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan
belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, Karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar (Ridwan 2008).
Berdasarkan
uraian diatas, perlu dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan Psikologi
dengan Prestasi Belajar Remaja Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasrakan data dalam latar belakang maka didapat rumusan masalah
sebagai berikut: “Adakah hubungan Psikologi dengan Prestasi Belajar kelas XII
di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015?”
1.3 Pertanyaan Penelitian
Adakah hubungan
Psikologi dengan Prestasi Belajar kelas XII di SMA YANITAS Palembang Tahun
2015.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1Tujuan
Umum
Untuk mengetahui Hubungan Psikologi
dengan Prestasi Belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui perkembangan
kecerdasan/intelegensi terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun
2015.
2.
Untuk mengetahui perkembangan motivasi
terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
3.
Untuk mengetahui perkembangan minat
terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
4.
Untuk mengetahui perkembangan sikap
terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
5.
Untuk mengetahui perkembangan bakat
terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi dan tambahan wacana yang terus dikembangkan mengenai psikologi dengan
prestasi belajar. Lebih lanjut penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini
dijadikan dasar bagi rekan-rekan mahasiswi untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.
1.4.2
Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan
bagi peneliti dalam melakukan penelitian mengenai Hubungan Psikologi dengan
Prestasi Belajar kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Psikologi
2.1.1 Pengertian Psikologi
Secara etimologi kata
psikologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu psyche
yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara umum kata psikologi
bisa diartikan sebagai suatu studi yang mempelajari tentang jiwa. (Herri Zan Pieter, S.Psi., Dr. Namora
Lumongga Lubis, M.Sc., 2010).
John Broadus Watson, memandang psikologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan
menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respons).
Psikologi juga disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah
laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat
dilepaskan dari lingkungannya.(Drs. H. Abu Ahmadi, 2009).
2.1.2 Golongan
Psikologi
Psikologi umum ialah psikologi yang
menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas psikis manusia
pada umumnya yang dewasa, yang normal dan yang beradab (berkultur). Psikologi
umum berusaha mencari dalil-dalil yang bersifat umum daripada kegiatan-kegiatan
atau aktifitas psikis. Psikologi umum memandang manusia seakan-akan terlepas
dari manusia lain.
Psikologi khusus ialah psikologi yang
menyelidiki dan mempelajari seg-segi kekhususan dari aktifitas psikis manusia.
Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam
psikologi khusus
Psikologi khusus ini ada bermacam-macam, antara lain:
a. Psikologi Perkembangan
Psikologi yang membicarakan perkembangan
psikis manusia dari masa bayi sampai tua
b. Psikologi Sosial
Psikologi yang khusus membicarakan tentang
tingkah laku atau aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial
c. Psikologi Pendidikan
Psikologi yang khusu menguraikan kegiatan
atau aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya
bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima,
bagaimana cara belajar dan sebagainya.
d. Psikologi Kepribadian
Psikologi yang khusus menguraikan tentang
stuktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia. (Drs. H. Abu
Ahmadi, 2009)
2.1.3 Ruang
Lingkup Psikologi
1. Bidang Eksperimental Fisiologi
Adalah bagian ilmu psikologi yang lebih
berfokus pada fungsi-fungsi sisiologis terhadap pembentukan perilaku, sehingga
mincul teori neuropsikologi. Fokus utamanya adalah interelasi dari proses
biologis tubuh dengan prilaku, seperti pengaruh hormon seksual terhadap
perilaku agresivitas yang berhubungan dengan fungsi otak.
2. Bidang Pendidikan atau Psikologi Sekolah
Bidang Psikologi pendidikan lebih
menekankan penelitian kegiatan pendidikan manusia secara umum, seperti
rekrutmen kepada pendidik, meneliti metode mengajar, kurikulum, metode evaluasi
pengajaran, membimbing guru, dan para ahli psikologi sosial sekolah. Sementara
psikologi sekolah lebih membidangi pada evaluasi proses belajar mengajar,
masalah kondisi emosional anak didik, bimbingan karier seperti hasil tes
inteligensi, jalur minat, bakat, dan motivasi belajar.
2.2
Kecerdasan
/ Inteligensi
2.2.1
Pengertian
Kecerdasan / Inteligensi
Kecerdasan merupakan
faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Inteligensi (kecerdasan pikiran),
dengan inteligensi fungsi fikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk
mengatasi suatu situasi/ untuk memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain
perkataan inteligensi adalah situasi kecerdasan pikir, sifat-sifat perbuatan
cerdas (inteligen). Pada umumnya inteligen ini dapat dilihat dari
kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah,
dengan keadaan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi, perbuatan
cerdas dicirikan dengan adanya kesanggupan beraksi terhadap situasi dengan
kelakuan baru yang sesuai dengan keadaan baru. (Drs. H. Abu Ahmadi, 2009).
Kepandaian sering
kali diartikan angka rapor yang tinggi, apalagi kalu masuk “ranking” 10 besar. Tetapi, baik-buruknya angka
rapor tidak selalu disebabkan oleh kepandaian (yang dalam bahasa psikologinya
dinamakan intelegensi), karena hal tersebut tergantung juga pada berbagai
faktor lain, seperti cara guru mengajar, lingkungan sekolah, hasrat belajar
anak, kreativitas, dan lain-lain. Bahkan dalam bidang-bidang lain diluar
sekolah pun prestasi seseorang selalu merupakan hasil perpaduan antara berbagai
faktor termasuk intelensi. Intelegensi itu sendiri oleh David Wechsler (1958)
didefenisikan sebagai “keseluruhan kemempuan in dividu untuk berfikir dan
bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara
efektirf”.
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi
perkembangan Intelegensi
Menurut Ngallim
Purwanto (1986), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi
antara lain :
1.
Faktor Pembawaan (Genetik)
Intelegensi
mengandung potensi bawaan, tetapi untuk dapat berfungsi dan berkemmbang
seoptimal mungkin sebagaimana mestinya perlu mendapatkan pendidikan dan latihan
dari lingkungan.
2.
Faktor Gizi
Kebutuhan akan
makanan bernilai gizi tinggi (gizi berkembang) teruutama yang besar pengaruhnya
pada perkebangan intelegensi ialah pada fase prenata (anak dalam kandungan)
hingga usia balita, sedangkan usi di atas lima tahun pengaruhnya tidakk
signifikan lagi.
3.
Faktor Kematangan
Perkembangan
intelaegensi semakin meningkat usia ke arah dewasa bahkan semakin tua, oranng
semakin cermat menganalisis suatu persoalan karena di dukung oleh
pengalaman-pengalaman hidunya.
4.
Faktor Pembentukan
Fasilattas sarana
yang disediakan oleh orang tua seperti
baha bacaan majalah anak-anak dan saran bermain yang memadai, semua ini dapat
mementuk anak menjadi meningkakan fungsi dan kualitas pikirannya. Pada situasi
ini dapat meningkatkan perkembangan intelaeegensi anak d banding anak
seusianya.
2.2.3
Perkembangan
Inteligensi
Teori
inteligensi yang meninjaunya dari sudut perkembangan ditemukan oleh Jean Piaget
(1986-1980). Piaget berpendapat bahwa setiap orang mempunyai sistem kognisinya.
Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup sesorang dan berkembang sesuai
dengan perkembangan aspek-aspek kognitif, yaitu :
1. Kematangan,
yang mempunyai perkembangan susunan syaraf, sehingga fungsi-fungsi indra
menjadi lebih sempurna.
2. Pengalaman,
yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya.
3. Transmisi
sosial, yaitu hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial antara lain
melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
4. Ekuilibrasi,
yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan
keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya (Gunarsa, 1982).
2.3
Motivasi
2.3.1 Pengertian Motivasi
Kemauan
berhubungan dengan motivasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian
motivasi dapat dilihat secara umum dan secara psikologis. Secara umum, motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Secara psikologis,
motivasi adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang
tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau
mendapat kepuasan dari perbuatannya.
Salah satu faktor yang sering dianggap
menurunkan motivasi siswa remaja untuk belajar adalah meteri pelajaran itu
sendiri dan guru yang menyampaikan meteri pelajaran itu. Materi pelajaran
sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai membosankan, terlalu sulit, tidak ada
manfaatanya untuk kehidupan sehari-hari, terlalu banyak bahannya untuk waktu
yang terbatas, dan sebagainya. Akan tetapi, lebih utama dari faktor materi
pelajaran sebenarnya adalah faktor guru.
2.3.2
Jenis-jenis
Motivasi Dalam Belajar
1.
Motivasi intrinsik
Yang timbul
dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan
tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk
berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
2.
Motivasi ekstrinsik
Yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu.
Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)
Seperti yang diungkapkan oleh Bligh (1971) dan Sass
(1989), motivasi siswa dalam belajar dipengaruhi oleh:
·
Ketertarikan
siswa pada mata pelajaran.
·
Persepsi siswa
tentang penting atau tidaknya materi tersebut
·
Semangat untuk
meraih pencapaian
·
Kepercayaan
diri siswa
·
Tujuan hidup
yang hendak siswa capai.
2.3.3
Pengaruh Motivasi Terhadap Proses Belajar
1.
Motivasi mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai target.
2.
Motivasi meningkatkan usaha dan energi yang dikeluarkan untuk
mencapai target.
3.
Motivasi membuat seseorang mau melalui suatu pekerjaan dan
mempertahankan suatu aktivitas. Siswa lebih mendorong untuk memulai suatu
pekerjaan yang diinginkan. Mereka juga cenderung bertahan untuk melakukan suatu
pekerjaan hingga selesai, bahkan jika diinterupsi.
4.
Motivasi mempengaruhi proses berpikir seseorang. Motivasi
mempengaruhi apa dan bagaimana soatu informasi diproses. Orang yang memilki
motivasi cenderung meminta bantuan ketika menghadapi kesulitan setelah usahanya
sudah maksimal atau meminta penjelasan terhadap suatu tugas atau informasi
untuk menyelesaikan tugasnya.
5.
Motivasi menunjukkan kosekuensi apa yang diinginkan.
6.
Motivasi meningkatkan penampilan atau prestasi.
http://zipsiedu.blogspot.com/2010/04/mengembangkan-motivasi-belajar-remaja.html diakses pada tanggal 11
Desember 2014 pukul 11:25
2.4 Minat
2.4.1 Pengertian Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut
Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama
halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar.
2.4.2
Fungsi Minat dalam Belajar
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan
usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan.
Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti
dan mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi
kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut.
a. Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
b. Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.
c. Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak
sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan. (Abdul Wahid,
1998:109-110).
2.4.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
a. Sikap Guru
Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat
belajar siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka
terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan
metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para
siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.
b. Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya
keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat belajar seorang siswa
terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi
perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat belajar diperlukan
dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua
c. Teman Pergaulan
Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minat belajarnya
oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh
teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan
melakukan aktifitas bersamasama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan
yang mereka alami. https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/12/minat-belajar-siswa/ diakses pada tanggal 11 Desember 2014 pukul 11:43
2.5
Sikap
2.5.1
Pengertian Sikap
Berkowitz (1972) mengemukankan bahwa sikap sebagai
perasaan mendukung atau memihak (favorable)
atau yang mendukung (unfavorable)
terhadap suatu objek. (Dani Saputra, 2012)
Dalam proses belajar,
sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
2.5.2
Tingkatan Sikap Remaja
Sikap menurut Notoatmodjo (1997)
terdiri dari 4 tingkatan yaitu :
1.
Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang
(subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2.
Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah
berarti orang itu menerima ide tersebut.
3.
Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4.
Bertanggung jawab
(responsible)
Bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang
paling tinggi.
2.5.3 Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Sikap Remaja
1.
Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.
2.
Pengaruh orang lain
yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3.
Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
4.
Lembaga Pendidikan
dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
5.
Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2005:30-38)
2.6 Bakat
2.6.1
Pengertian Bakat
Bakat
adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan
dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang
yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
2.6.2
Jenis-jenis Bakat
Bakat
merupakan suatu kondisi atau suatu kulaitas yang dimiliki individu yang
memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat juga
berarti kemampuan bawaan berupa potensi
khusus dan jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul
sebagai kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Mengklasifikasikan
jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud
menjadi lima bidang,yaitu:
1. Bakat akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami konsep
yang berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal), dan
sejenisnya.
2. Bakat kreatif – produktif, artinya bakat dalam hal
menciptakan sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru,
arsitektur terbaru, dan sejenisnya
3. Bakat seni, misalnya mampu mengaransemen musik yang digemari
banyak orang, menciptakan lagu dalam waktu yang singkat, dan mampu melukis
dengan indah dalam waktu yang relatif singkat
4. Bakat psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu
tangkis
5. Bakat sosial, antara lain mahir melakukan negosiasi,
menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir dalam
kepemimpinan.
2.6.3 Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Bakat
1.
Diri sendiri
Misalnya anak tersebut tidak atau kurang berminat untuk mengembangakn
bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi
yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi
sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai
dengan bakatnya.
2. Lingkungan anak.
Misalnya orang tua si anak kurang mampu untuk
menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya
cukup tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.
http://malinemas.blogspot.com/2012/01/bakat-minat-dan-motivasi-siswa-dalam.html diakses pada tanggal 11 Desember 2014 pukul 12:31
2.7
Prestasi Belajar
2.7.1 Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi
belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam
bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, Karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar (Ridwan 2008).
Berdasarkan pengertian diatas, maka
dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses belajar dan mengajar. Prestasi belajar siswa dapat
diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan
tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa (Ridwan, 2008).
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah Hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai.
Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan
jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.http://belajarpsikologi.com/pengertian-prestasi-belajar/ diakses pada tanggal 11 Desember
2014 pukul 00:51.
2.7.2 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut
Rola (2006), terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
a.
Pengaruh keluarga dan kebudayaan
Besarnya
kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis pekerjaan orang tua
dan jumlah serta urutan anak dalam keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam perkembangan prestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu daerah seperti
cerita rakyat, sering mengandung tema prestasi yang bisa meningkatkan semangat.
b.
Peranan konsep diri
Konsep diri
merupakan bagaimana individu berpikir tentang dirinya sendiri. Apabila individu
percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi
untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam tingkah lakunya.
c.
Pengaruh dari peran jenis kelamin
Prestasi
akademik yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak
wanita yang belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada di
antara pria. Pada wanita terdapat kecenderungan takut akan kesuksesan yang
artinya pada wanita terdapat kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh
masyarakat apabila dirinya memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini konsep tersebut
masih diperdebatkan.
d.
Pengakuan dari prestasi
Individu akan
berusaha bekerja keras jika dirinya merasa diperdulikan oleh orang lain. Di
mana prestasi sangat dipengaruhi oleh peran orang tua, keluarga dan dukungan
lingkungan tempat di mana individu berada. Individu yang diberi dorongan untuk
berprestasi akan lebih realistis dalam mencapai tujuannya.
2.7.3
Pengukuran
Prestasi Belajar
Yang selama ini digunakan adalah dengan
mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan. Tes dibagi menjadi dua
yaitu: tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif adalah tes yang diadakan
sebelum atau selama pelajaran berlangsung, sedangkan tes sumatif adalah tes
yang diselenggarakan pada saat keseluruhan kegiatan belajar mengajar, tes
sumatifmerupakan ujian akkhir semester.
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya
Evaluasi Pendidikan (1986: 26) menyebutkan “ Tes dibedakan menjadi tiga macam
yaitu tes diagnostik,
tes formatif, tes sumative”
1.
Tes diagnostik adlaah tes yang
digunakan untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa dengan melihat
gejala-gejalanya sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan tersebut pada siswa
dapat dilakukan perlakuan yang tepat.
2.
Tes formatif adalah untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah memahami suatu satuan pelajaran tertentu. Tes ini
diberikan sebagai usaha memperbaiki proses belajar.
3.
Tes sumatif dapat digunakan pada
ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester.
Dari tes sumatif inilah prestasi belajar siswa diketahui. Dalam penelitian ini
evaluasi yang digunakan adalah dalam jenis yang di titik beratkan pada evaluasi
belajar siswa di sekolah yang dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui prestasi
belajar siswa.
Sebagaimana yang
telah diuraikan di atas bahwa tes ini dilaksanakan dengan berbagai
tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, tes ini dapat berguna untuk
mendeskripsikan kemampuan belajar siswa, mengetahui tingkat keberhasilan
PBM, menentukan tindak lanjut hasil penilaian, dan memberikan pertanggung
jawaban (accountability).
2.8
Kerangka
Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uaraian dari
visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya,
atau antara variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,
2010)
Keterangan: : Diteliti
: Tidak diteliti
2.9
Hipotesis
Ho
:Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Kecerdasan/intelegensi
dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang
signifikan antara Kecerdasan/intelegensi dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA
YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ho
:Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Motivasi dengan Prestasi
Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang
signifikan antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS
Palembang Tahun 2015.
Ho
:Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Minat dengan Prestasi
Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang
signifikan antara Minat dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS
Palembang Tahun 2015.
Ho
:Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Prestasi
Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang
signifikan antara Sikap dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang
Tahun 2015.
Ho
:Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Bakat dengan Prestasi
Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang
signifikan antara Bakat dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS
Palembang Tahun 2015.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian akademik dengan menggunakan metode kuisioner. Serta pendekatan yang
dilakukan secara cross sectional study
sehingga bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, factual dan
akurat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci dengan
menggunakan uji Chi-Square.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh
objek penelitian atau objek yang diteliti. (Notoatmodjo, 2010)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di
SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi
yang nilai atau karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya dipakai untuk
menduga karakteristik dari populasi (Notoadmodjo, 2010).
Rumus :
Keterangan
: n = Sampel
N = Populasi
d = derajat kepercayaan yang di kehendaki
(10%) atau α = 0,1
3.2.3
Tehnik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini dalah
menggunakan teknik stratified random
sampling yaitu dengan cara mengidentifikasi
karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata
atau lapisan dari unit-unit tersebut.
Sampel penelitian ini adalah seluruh
Remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
3.2.4
Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana
subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu :
1.
Kriteria Inklusi
·
Remaja kelas
XII SMA YANITAS Palembang
·
Remaja yang
bersedia menjadi responden
2.
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria
dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi
syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah
Remaja yang bukan kelas XII SMA
YANITAS Palembang tahun 2015.
3.3
Tehnik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data
3.3.1
Tehnik pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian
ini adalah menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh
dengan menggunakan wawancara, observasi, dan kuisioner secara langsung. Dalam
penelitian ini pengumpulan data melalui kuisioner berisi pertanyaan yang
diberikan secara langsung kepada siswa untuk dijawabnya yang bertujuan
untuk mengkaji hubungan Psikologi dengan Prestasi Belajar Remaja di SMA YANITAS
Palembang tahun 2015.
3.3.2
Instrumen pengumpulan data
Adapun instrument yang digunakan oleh
peneliti pada saat melakukan penelitian agar mendapat data yang relevan dengan
menggunakan kuesioner.
3.3.3
|
Prosedur Penelitian
|
|
3.4
Tempat dan Waktu
3.4.1
Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di SMA YANITAS
Palembang tahun 2015.
3.4.2
Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2015.
3.5
Pengolahan Data
1. Editing
Editing
dalam penelitian ini adalah memeriksa
daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data dengan tujuan
untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.
2.
Coding
Coding adalah
pemberian atau pembuatan kode-kode terhadap data yang terkumpul dengan
menggunakan huruf atau angka yang lebih mudah atau sederhana.
Ø Variabel
Independen :
a. Kecerdasan/intelegensi
Kode: 1=baik jika Intelegensi berkembang kearah yang baik
2=tidak
baik jika intelegensi berkembang kearah
yang tidak baik
b. Motivasi
Kode: 1=baik jika termotivasi
untuk belajar
2=tidak
baik jika tidak termotivasi untuk belajar
c. Minat
Kode: 1=baik jika ada minat untuk belajar
2=tidak baik jika tidak ada minat
untuk belajar
d. Sikap
Kode: 1=baik jika sikap berkembang kearah yang baik
2=tidak baik jika sikap berkembang
kearah yang tidak baik
e. Bakat
Kode: 1=baik jika bakat berkembang sesuai potensinya
2=tidak baik jika bakat berkembang
tidak sesuai potensinya
Ø Variabel
Dependen : Prestasi Belajar
Kode: 1= Baik, jika nilai
71-100
2=
Tidak baik, jika < 70
3.
Entry
Entry dalam penelitian ini adalah memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master table atau data base computer menggunakan
bantuan program SPSS for windows. Data yang dimasukkan adalah variabel Independent
Psikologi (Kecerdasan, Motivasi, Minat, Sikap, Bakat) dan variabel Dependent (Prestasi
Belajar).
4.
Cleaning (Pembersian data)
Merupakan
kegiatan pencetakan kembali data yang sudah di-entry yaitu mengenai data-data
seluruh siswa-siswi yang mengalami perkembangan terhadap, kecerdasan/intelegensi,
motivasi, minat, sikap, dan bakat. Data tersebut di lihat
kembali apakah ada kesalahan atau tidak, atau membersihkan data yang telah
dimasukkan untuk mengetahui apakah benar-benar bebas dari kesalahan.
3.6 Penyajian dan
Analisa Data
3.6.1 Analisa Univariat
Univariat
analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain
terkumpul ( Sugiono 2006). Pada analisa univariat data akan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan prosentase.
3.6.2 Analisa
Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui
interaksi dua variable, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelasi
(Setiawan, Ari : 2011).
Analisa
yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen Psikologi (kecerdasan/intelegensi, motivasi, minat, sikap, dan bakat)
sedangkan variabel dependent adalah Prestasi Belajar. Dimana dilakukan uji
hubungan pada kedua variabel dengan uji chi-square,
dengan tingkat kemaknaan pada alpha = 5% (α = 0,05).
Keputusan
dari hasil statistik diperoleh dengan cara membandingkan nilai p-value dengan
nilai α. Kriterianya sebagai berikut :
1.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara kecerdasan/intelegensi dengan prestasi belajar
remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
2.
Jika
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna/signifikan antara kecerdasan/intelensi dengan prestasi
belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
3.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar remaja kelas XII di
SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
4.
Jika
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna/signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar
remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
5.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara minat dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA
YANITAS Palembang tahun 2015.
6.
Jika
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan
yang bermakna/signifikan antara minat dengan prestasi belajar remaja kelas XII
di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
7.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara sikap dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA
YANITAS Palembang tahun 2015.
8.
Jika
p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna/signifikan antara sikap dengan prestasi belajar remaja kelas
XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
9.
Jika
p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
bermakna/signifikan antara bakat dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA
YANITAS Palembang tahun 2015.
10. Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima
dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara bakat
dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar