Jumat, 23 Januari 2015

Hubungan Psikologi Dengan Prestasi Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imam Bukhori dan Nur Anita (2009), dengan judul pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 36 siswa SMK Negeri 1 Turen, 48,00 persen  menyatakan lingkungan sekolah cukup baik dengan cukup tingginya motivasi belajar siswa yakni 42,67 persen. Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh baik tidaknya dari lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa.
Tuntutan orang tua atas prestasi belajar di MIMa’arif Mangunsari, Salatiga tahun 2012 dari perolehan jawaban angket untuk kategori baik adalah 42 anak (78%), kategori tidak baik 12 anak (22%). Dan dari perhitungan rata-rata tuntutan orang tua atas prestasi belajar termasuk kategori baik. Beban psikologis anak di MI Ma’arif Mangunsari, Salatiga dari perolehan jawaban angket untuk kategori baik adalah 30 anak (56%), dan kategori tidak baik adalah 24 anak (44%). Dari perhitungan rata-rata beban psikologis anak termasuk kategori baik. Tuntutan orang tua atas prestasi belajar terhadap beban psikologis anak di MI Ma’arif Mangunsari, Salatiga terbukti setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment telah diperoleh dengan jumlah N=54 yang mendekati N=55 dan taraf kesalahan 1% yaitu 0,345, yang mana jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka Ha diterima, dengan demikian korelasi 0.366 itu signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tuntutan orang tua atas prestasi belajar maka semakintinggi pula beban psikologis anak.
Psikologi sebagai suatu ilmu, tidak lepas dari perkembangan psikologi itu sendiri, serta ilmu-ilmu yang lain. Dari waktu kewaktu psikologi sebagai suatu ilmu mengalami perkembangan, sesuai dengan perkembangan keadaan. Oleh karena itu psikologi sebagai suatu ilmu mempunyai sejarah tersendiri, sehingga merupakan psikologi dalam bentukyang sekarang ini. Dari pemikiran para ahli yang mungkin saling mempunyai pandangan yang berbeda akan mamacu perkembangan psikologi. (Drs. H. Abu Ahmadi, 2009)
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, Karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar (Ridwan 2008).
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian dengan judul “Hubungan Psikologi dengan Prestasi Belajar Remaja Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015”.

1.2    Rumusan Masalah
      Berdasrakan data dalam latar belakang maka didapat rumusan masalah sebagai berikut: “Adakah hubungan Psikologi dengan Prestasi Belajar kelas XII di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015?”



1.3   Pertanyaan Penelitian
Adakah hubungan Psikologi dengan Prestasi Belajar kelas XII di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.

1.4   Tujuan Penelitian
1.4.1Tujuan Umum
        Untuk mengetahui Hubungan Psikologi dengan Prestasi Belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
1.3.2     Tujuan Khusus
1.         Untuk mengetahui perkembangan kecerdasan/intelegensi terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
2.         Untuk mengetahui perkembangan motivasi terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
3.         Untuk mengetahui perkembangan minat terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
4.         Untuk mengetahui perkembangan sikap terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
5.         Untuk mengetahui perkembangan bakat terhadap prestasi belajar di SMA YANITAS Palembang tahun 2015




1.4     Manfaat Penelitian
1.4.1     Bagi Akademi Kebidanan Pondok Pesantren Assanadiyah Palembang.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan tambahan wacana yang terus dikembangkan mengenai psikologi dengan prestasi belajar. Lebih lanjut penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dijadikan dasar bagi rekan-rekan mahasiswi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.4.2     Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian mengenai Hubungan Psikologi dengan Prestasi Belajar kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.














BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1   Psikologi
2.1.1     Pengertian Psikologi
Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara umum kata psikologi bisa diartikan sebagai suatu studi yang mempelajari tentang jiwa. (Herri Zan Pieter, S.Psi., Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., 2010).
John Broadus Watson, memandang psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respons). Psikologi juga disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.(Drs. H. Abu Ahmadi, 2009).
2.1.2     Golongan Psikologi
Psikologi umum ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan atau aktivitas psikis manusia pada umumnya yang dewasa, yang normal dan yang beradab (berkultur). Psikologi umum berusaha mencari dalil-dalil yang bersifat umum daripada kegiatan-kegiatan atau aktifitas psikis. Psikologi umum memandang manusia seakan-akan terlepas dari manusia lain.
Psikologi khusus ialah psikologi yang menyelidiki dan mempelajari seg-segi kekhususan dari aktifitas psikis manusia. Hal-hal yang khusus yang menyimpang dari hal-hal yang umum dibicarakan dalam psikologi khusus
      Psikologi khusus ini ada bermacam-macam, antara lain:
a.       Psikologi Perkembangan
Psikologi yang membicarakan perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua
b.       Psikologi Sosial
Psikologi yang khusus membicarakan tentang tingkah laku atau aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi sosial
c.       Psikologi Pendidikan
Psikologi yang khusu menguraikan kegiatan atau aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima, bagaimana cara belajar dan sebagainya.
d.       Psikologi Kepribadian
Psikologi yang khusus menguraikan tentang stuktur pribadi manusia, mengenai tipe-tipe kepribadian manusia. (Drs. H. Abu Ahmadi, 2009)
2.1.3     Ruang Lingkup Psikologi
1.    Bidang Eksperimental Fisiologi
      Adalah bagian ilmu psikologi yang lebih berfokus pada fungsi-fungsi sisiologis terhadap pembentukan perilaku, sehingga mincul teori neuropsikologi. Fokus utamanya adalah interelasi dari proses biologis tubuh dengan prilaku, seperti pengaruh hormon seksual terhadap perilaku agresivitas yang berhubungan dengan fungsi otak.
2.    Bidang Pendidikan atau Psikologi Sekolah
      Bidang Psikologi pendidikan lebih menekankan penelitian kegiatan pendidikan manusia secara umum, seperti rekrutmen kepada pendidik, meneliti metode mengajar, kurikulum, metode evaluasi pengajaran, membimbing guru, dan para ahli psikologi sosial sekolah. Sementara psikologi sekolah lebih membidangi pada evaluasi proses belajar mengajar, masalah kondisi emosional anak didik, bimbingan karier seperti hasil tes inteligensi, jalur minat, bakat, dan motivasi belajar.

2.2   Kecerdasan / Inteligensi

2.2.1     Pengertian Kecerdasan / Inteligensi

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteli­gensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit indivi­du itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Inteligensi (kecerdasan pikiran), dengan inteligensi fungsi fikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/ untuk memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain perkataan inteligensi adalah situasi kecerdasan pikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen). Pada umumnya inteligen ini dapat dilihat dari kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah, dengan keadaan diluar dirinya yang biasa maupun yang baru. Jadi, perbuatan cerdas dicirikan dengan adanya kesanggupan beraksi terhadap situasi dengan kelakuan baru yang sesuai dengan keadaan baru. (Drs. H. Abu Ahmadi, 2009).

Kepandaian sering kali diartikan angka rapor yang tinggi, apalagi kalu masuk “ranking” 10 besar. Tetapi, baik-buruknya angka rapor tidak selalu disebabkan oleh kepandaian (yang dalam bahasa psikologinya dinamakan intelegensi), karena hal tersebut tergantung juga pada berbagai faktor lain, seperti cara guru mengajar, lingkungan sekolah, hasrat belajar anak, kreativitas, dan lain-lain. Bahkan dalam bidang-bidang lain diluar sekolah pun prestasi seseorang selalu merupakan hasil perpaduan antara berbagai faktor termasuk intelensi. Intelegensi itu sendiri oleh David Wechsler (1958) didefenisikan sebagai “keseluruhan kemempuan in dividu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektirf”.

2.2.2     Faktor yang mempengaruhi perkembangan Intelegensi
Menurut Ngallim Purwanto (1986), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi antara lain :
1.    Faktor Pembawaan (Genetik)
Intelegensi mengandung potensi bawaan, tetapi untuk dapat berfungsi dan berkemmbang seoptimal mungkin sebagaimana mestinya perlu mendapatkan pendidikan dan latihan dari lingkungan.
2.    Faktor Gizi
Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berkembang) teruutama yang besar pengaruhnya pada perkebangan intelegensi ialah pada fase prenata (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usi di atas lima tahun pengaruhnya tidakk signifikan lagi.
3.    Faktor Kematangan
Perkembangan intelaegensi semakin meningkat usia ke arah dewasa bahkan semakin tua, oranng semakin cermat menganalisis suatu persoalan karena di dukung oleh pengalaman-pengalaman hidunya.
4.    Faktor Pembentukan
Fasilattas sarana yang disediakan oleh orang tua  seperti baha bacaan majalah anak-anak dan saran bermain yang memadai, semua ini dapat mementuk anak menjadi meningkakan fungsi dan kualitas pikirannya. Pada situasi ini dapat meningkatkan perkembangan intelaeegensi anak d banding anak seusianya.
2.2.3     Perkembangan Inteligensi
        Teori inteligensi yang meninjaunya dari sudut perkembangan ditemukan oleh Jean Piaget (1986-1980). Piaget berpendapat bahwa setiap orang mempunyai sistem kognisinya. Sistem pengaturan ini terdapat sepanjang hidup sesorang dan berkembang sesuai dengan perkembangan aspek-aspek kognitif, yaitu :
1.       Kematangan, yang mempunyai perkembangan susunan syaraf, sehingga fungsi-fungsi indra menjadi lebih sempurna.
2.       Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya.
3.       Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial antara lain melalui pengasuhan dan pendidikan dari orang lain.
4.       Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya (Gunarsa, 1982).

2.3   Motivasi
2.3.1     Pengertian Motivasi
        Kemauan berhubungan dengan motivasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian motivasi dapat dilihat secara umum dan secara psikologis. Secara umum, motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Secara psikologis, motivasi adalah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dari perbuatannya.
        Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa remaja untuk belajar adalah meteri pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan meteri pelajaran itu. Materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatanya untuk kehidupan sehari-hari, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, dan sebagainya. Akan tetapi, lebih utama dari faktor materi pelajaran sebenarnya adalah faktor guru.
2.3.2     Jenis-jenis Motivasi Dalam Belajar
1.    Motivasi intrinsik
     Yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
2.    Motivasi ekstrinsik
Yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)
Seperti yang diungkapkan oleh Bligh (1971) dan Sass (1989), motivasi siswa dalam belajar dipengaruhi oleh:
·      Ketertarikan siswa pada mata pelajaran.
·      Persepsi siswa tentang penting atau tidaknya materi tersebut
·      Semangat untuk meraih pencapaian
·      Kepercayaan diri siswa
·      Tujuan hidup yang hendak siswa capai.
2.3.3     Pengaruh Motivasi Terhadap Proses Belajar
1.    Motivasi mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai target.
2.    Motivasi meningkatkan usaha dan energi yang dikeluarkan untuk mencapai target.
3.    Motivasi membuat seseorang mau melalui suatu pekerjaan dan mempertahankan suatu aktivitas. Siswa lebih mendorong untuk memulai suatu pekerjaan yang diinginkan. Mereka juga cenderung bertahan untuk melakukan suatu pekerjaan hingga selesai, bahkan jika diinterupsi.
4.    Motivasi mempengaruhi proses berpikir seseorang. Motivasi mempengaruhi apa dan bagaimana soatu informasi diproses. Orang yang memilki motivasi cenderung meminta bantuan ketika menghadapi kesulitan setelah usahanya sudah maksimal atau meminta penjelasan terhadap suatu tugas atau informasi untuk menyelesaikan tugasnya.
5.    Motivasi menunjukkan kosekuensi apa yang diinginkan.
6.    Motivasi meningkatkan penampilan atau prestasi.

2.4   Minat
2.4.1     Pengertian Minat
        Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi penga­ruh terhadap aktivitas belajar.
2.4.2     Fungsi Minat dalam Belajar
        Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya. Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut.
a.    Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
b.    Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.
c.    Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan. (Abdul Wahid, 1998:109-110).
2.4.3     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
a.    Sikap Guru
Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat belajar siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya.
b.    Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat belajar seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat belajar diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua
c.    Teman Pergaulan
Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minat belajarnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersamasama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami. https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/12/minat-belajar-siswa/ diakses pada tanggal 11 Desember 2014 pukul 11:43

2.5   Sikap
2.5.1     Pengertian Sikap
        Berkowitz (1972) mengemukankan bahwa sikap sebagai perasaan mendukung atau memihak (favorable) atau yang mendukung (unfavorable) terhadap suatu objek. (Dani Saputra, 2012)
        Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng­aruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). 

2.5.2     Tingkatan Sikap Remaja
           Sikap menurut Notoatmodjo (1997) terdiri dari 4 tingkatan yaitu :
1.    Menerima (receiving)
     Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2.    Merespon (responding)
     Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3.    Menghargai (valuing)
     Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4.    Bertanggung jawab (responsible)
     Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
2.5.3     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Remaja
1.    Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2.    Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3.    Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
4.    Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
5.    Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2005:30-38)




2.6   Bakat
2.6.1     Pengertian Bakat
        Bakat adalah kemam­puan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
2.6.2     Jenis-jenis Bakat
        Bakat merupakan suatu kondisi atau suatu kulaitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat juga berarti  kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Mengklasifikasikan jenis-jenis bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima bidang,yaitu:
1.    Bakat akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami konsep yang berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal), dan sejenisnya.
2.    Bakat kreatif – produktif, artinya bakat dalam hal menciptakan sesuatu yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru, arsitektur terbaru, dan sejenisnya
3.    Bakat seni, misalnya mampu mengaransemen musik yang digemari banyak orang, menciptakan lagu dalam waktu yang singkat, dan mampu melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat
4.    Bakat psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu tangkis                           
5.    Bakat sosial, antara lain mahir melakukan negosiasi, menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir dalam kepemimpinan.
2.6.3     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bakat
1.    Diri sendiri
Misalnya anak tersebut tidak atau kurang berminat untuk mengembangakn bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan berprestasi sesuai dengan bakatnya.
2.    Lingkungan anak.
Misalnya orang tua si anak kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya cukup tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.

2.7   Prestasi Belajar
2.7.1     Pengertian Prestasi Belajar
            Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, Karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar (Ridwan 2008).
            Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar dan mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa (Ridwan, 2008).
        Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.http://belajarpsikologi.com/pengertian-prestasi-belajar/ diakses pada tanggal 11 Desember 2014 pukul 00:51.

2.7.2     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Rola (2006), terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

a.       Pengaruh keluarga dan kebudayaan

Besarnya kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis pekerjaan orang tua dan jumlah serta urutan anak dalam keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan prestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu daerah seperti cerita rakyat, sering mengandung tema prestasi yang bisa meningkatkan semangat.

b.       Peranan konsep diri

Konsep diri merupakan bagaimana individu berpikir tentang dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam tingkah lakunya.

c.       Pengaruh dari peran jenis kelamin

Prestasi akademik yang tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga banyak wanita yang belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada di antara pria. Pada wanita terdapat kecenderungan takut akan kesuksesan yang artinya pada wanita terdapat kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh masyarakat apabila dirinya memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini konsep tersebut masih diperdebatkan.

d.       Pengakuan dari prestasi

Individu akan berusaha bekerja keras jika dirinya merasa diperdulikan oleh orang lain. Di mana prestasi sangat dipengaruhi oleh peran orang tua, keluarga dan dukungan lingkungan tempat di mana individu berada. Individu yang diberi dorongan untuk berprestasi akan lebih realistis dalam mencapai tujuannya.

 

2.7.3     Pengukuran Prestasi Belajar

Yang selama ini digunakan adalah dengan mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan. Tes dibagi menjadi dua yaitu: tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif adalah tes yang diadakan sebelum atau selama pelajaran berlangsung, sedangkan tes sumatif adalah tes yang diselenggarakan pada saat keseluruhan kegiatan belajar mengajar, tes sumatifmerupakan ujian akkhir semester.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Evaluasi Pendidikan (1986: 26) menyebutkan “ Tes dibedakan menjadi tiga macam yaitu tes diagnostik, tes formatif, tes sumative

1.    Tes diagnostik adlaah tes yang digunakan untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa dengan melihat gejala-gejalanya sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan tersebut pada siswa dapat dilakukan perlakuan yang tepat.
2.    Tes formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami suatu satuan pelajaran tertentu. Tes ini diberikan sebagai usaha memperbaiki proses belajar.
3.    Tes sumatif dapat digunakan pada ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir catur wulan atau semester. Dari tes sumatif inilah prestasi belajar siswa diketahui. Dalam penelitian ini evaluasi yang digunakan adalah dalam jenis yang di titik beratkan pada evaluasi belajar siswa di sekolah yang dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa tes ini  dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, tes ini dapat berguna untuk mendeskripsikan kemampuan belajar siswa,  mengetahui tingkat keberhasilan PBM, menentukan tindak lanjut hasil penilaian, dan memberikan pertanggung jawaban (accountability).

2.8   Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uaraian dari visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010)

Text Box: Variabel Independen
 

 

 



Text Box: PsikologiText Box: Variabel DependenText Box: Minat                                                                                                                       

Text Box: Prestasi BelajarText Box: Sikap           

 

 







Keterangan:                       : Diteliti
                                         : Tidak diteliti

2.9   Hipotesis
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Kecerdasan/intelegensi dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Kecerdasan/intelegensi dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Minat dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Minat dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ho :Tidak ada Hubungan yang signifikan antara Bakat dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
Ha: Ada Hubungan yang signifikan antara Bakat dengan Prestasi Belajar Kelas XII Di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1     Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian akademik dengan menggunakan  metode kuisioner. Serta pendekatan yang dilakukan secara cross sectional study sehingga bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, factual dan akurat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci dengan menggunakan uji Chi-Square.
3.2     Populasi dan Sampel
3.2.1     Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh objek penelitian atau objek yang diteliti. (Notoatmodjo, 2010)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
3.2.2     Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Notoadmodjo, 2010).
Rumus                    :

                      Keterangan : n = Sampel
                                          N = Populasi
                                                d = derajat kepercayaan yang di kehendaki
                                                      (10%) atau α = 0,1
3.2.3     Tehnik Sampling
            Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini dalah menggunakan teknik stratified random sampling yaitu dengan cara mengidentifikasi  karakteristik umum dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari unit-unit tersebut.
Sampel penelitian ini adalah seluruh Remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang Tahun 2015.
3.2.4     Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu :
1.       Kriteria Inklusi
·         Remaja kelas XII SMA YANITAS Palembang
·         Remaja yang bersedia menjadi responden
2.       Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Kriteria eksklusi penelitian ini adalah Remaja yang bukan kelas XII SMA YANITAS Palembang tahun 2015.

3.3     Tehnik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data
3.3.1     Tehnik pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dengan menggunakan wawancara, observasi, dan kuisioner secara langsung. Dalam penelitian ini pengumpulan data melalui kuisioner berisi pertanyaan yang diberikan secara langsung kepada siswa untuk dijawabnya yang bertujuan untuk mengkaji hubungan Psikologi dengan Prestasi Belajar Remaja di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
3.3.2     Instrumen pengumpulan data
Adapun instrument yang digunakan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian agar mendapat data yang relevan dengan menggunakan kuesioner.











3.3.3    
Datang ke SMA YANITAS Palembang
 
Prosedur Penelitian

 










Mengumpulkan kembali kuesiner
 
Menjelaskan cara pengisian kuesioner
 
                                                        
 












3.4   Tempat dan Waktu
3.4.1     Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
3.4.2     Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2015.

3.5     Pengolahan Data
1.     Editing
Editing dalam penelitian ini adalah  memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data dengan tujuan untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.
2.     Coding
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode terhadap data yang terkumpul dengan menggunakan huruf atau angka yang lebih mudah atau sederhana.
Ø Variabel Independen :
a.    Kecerdasan/intelegensi
Kode: 1=baik jika Intelegensi berkembang kearah yang baik
              2=tidak baik jika intelegensi  berkembang kearah yang tidak baik
b.    Motivasi
Kode: 1=baik jika termotivasi untuk belajar
         2=tidak baik jika tidak termotivasi untuk belajar
c.       Minat
Kode: 1=baik jika ada minat untuk belajar
          2=tidak baik jika tidak ada minat untuk belajar
d.      Sikap
Kode: 1=baik jika sikap berkembang kearah yang baik
         2=tidak baik jika sikap berkembang kearah yang tidak baik
e.       Bakat
Kode: 1=baik jika bakat berkembang sesuai potensinya
         2=tidak baik jika bakat berkembang tidak sesuai potensinya
Ø Variabel Dependen   : Prestasi Belajar
Kode: 1= Baik, jika nilai 71-100
          2= Tidak baik, jika < 70
3.     Entry
            Entry dalam penelitian ini adalah memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau data base computer menggunakan bantuan program SPSS for windows. Data yang dimasukkan adalah variabel Independent Psikologi (Kecerdasan, Motivasi, Minat, Sikap, Bakat) dan variabel Dependent (Prestasi Belajar).
4.       Cleaning (Pembersian data)
            Merupakan kegiatan pencetakan kembali data yang sudah di-entry yaitu mengenai data-data seluruh siswa-siswi yang mengalami perkembangan terhadap, kecerdasan/intelegensi, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Data tersebut di lihat kembali apakah ada kesalahan atau tidak, atau membersihkan data yang telah dimasukkan untuk mengetahui apakah benar-benar bebas dari kesalahan.

3.6     Penyajian dan Analisa Data
3.6.1     Analisa Univariat
       Univariat analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber  data  lain  terkumpul ( Sugiono 2006). Pada analisa univariat data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan prosentase.
3.6.2     Analisa Bivariat
       Analisa bivariat merupakan analisa untuk mengetahui interaksi dua variable, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelasi (Setiawan, Ari : 2011).
       Analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen Psikologi (kecerdasan/intelegensi, motivasi, minat, sikap, dan bakat) sedangkan variabel dependent adalah Prestasi Belajar. Dimana dilakukan uji hubungan pada kedua variabel dengan uji chi-square, dengan tingkat kemaknaan pada alpha = 5% (α = 0,05).
       Keputusan dari hasil statistik diperoleh dengan cara membandingkan nilai p-value dengan nilai α. Kriterianya sebagai  berikut :
1.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara kecerdasan/intelegensi dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
2.    Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara kecerdasan/intelensi dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
3.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
4.    Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
5.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara minat dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
6.    Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara minat dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
7.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara sikap dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
8.    Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara sikap dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
9.    Jika p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna/signifikan antara bakat dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.
10. Jika p-value > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna/signifikan antara bakat dengan prestasi belajar remaja kelas XII di SMA YANITAS Palembang tahun 2015.





           













Tidak ada komentar:

Posting Komentar